9.02.2012

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN PBB

a. Deskripsi:
   merupakan pelayanan penyelesaian atas permohonan dari Wajib Pajak yang   mengajukan pengurangan PBB terutang yang diproses di KPP Pratama. Sesuai dengan pembagian kewenangan arestrasi, penyelesaian permohonan pengurangan PBB terutang dimaksud dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
b.Dasar Hukum:
  b.1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan 
          Bangunan sebagaimana telah  diubah terakhir dengan Undang-Undang 
          Nomor 12  Tahun 1994;
  b.2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 
           tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak;
  b.3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110/PMK.03/2009 
         tentang  Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan.
  b.4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ/2009 tentang Tata 
        Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi 
        Dan Bangunan. 
  b.5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009 tentang 
        Petunjuk  Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Bumi Dan Bangunan.
c. Pihak yang Dilayani/Stakeholder: Wajib Pajak.
d. Janji Layanan:
    d.1. Jangka waktu penyelesaian:
           a) KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak 
               permohonan  pengurangan diterima,
           b) Kantor Wilayah DJP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan 
               sejak permohonan pengurangan diterima,
           c) Kantor Pusat DJP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan
               sejak permohonan pengurangan diterima.
    d.2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan.
    d.3. Permohonan dapat diajukan perorangan atau kolektif.
    d.4. Persyaratan administrasi:
           a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) SPPT/SKP PBB untuk pengajuan 
               perorangan atau 1 (satu) permohonan  untuk beberapa objek dengan tahun 
               yang sama untuk pengajuan kolektif;
           b) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia 
               dengan mencantumkan besarnya persentase pengurangan yang 
               dimohonkan disertai alasan yang jelas;
           c) Diajukan kepada Kepala KPP Pratama;
          d) Surat Permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dalam hal Surat 
              Permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak dilampiri dengan Surat 
              Kuasa Khusus atau Surat Kuasa;
          e) Permohonan diajukan selambat-lambatnya:
              - 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT;
              - 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB;
              - 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Keputusan 
                Keberatan PBB;
              - 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana; atau
              - 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya sebab lain yang luar 
                biasa, kecuali  apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa dalam 
                jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan
                di luar kebiasaannya.
          f) Tidak memiliki tunggakan PBB untuk tahun sebelumnya atas obyek 
              pajak yang dimohonkan pengurangan, kecuali dalam hal objek pajak 
              terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa;
         g) Tidak diajukan keberatan atas SPPT atau SKP PBB yang dimohonkan 
             pengurangan, atau dalam hal diajukan keberatan telah diterbitkan Surat 
             Keputusan Keberatan dan atas keputusan keberatan dimaksud tidak 
             diajukan banding.
        h) Permohonan dilampiri fotocopy SPPT/SKP dari tahun pajak yang 
            diajukan permohonan pengurangan.
e. Proses:
    e.1. Awal:
          - Kantor Pelayanan Pajak Pratama:
            Wajib Pajak mengajukan surat permohonan pengurangan atas 
            pengurangan PBB secara tertulis ke KPP Pratama;
          - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak:
            KPP menyampaikan Surat Pengantar dan berkas permohonan Wajib 
            Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah;
          -Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak :
           KPP menyampaikan Surat Pengantar dan berkas permohonan Wajib 
           Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktorat Keberatan dan Banding.
    e.2. Akhir:
          -Kantor Pelayanan Pajak Pratama:
           Kepala Subbagian Umum menyampaikan Surat Keputusan Pengurangan 
           PBB kepada Wajib Pajak dengan tembusan/salinan dikirim kepada Kanwil DJP, 
           atau Surat Keputusan Pemberitahuan Tidak Dapat Dipertimbangkan kepada 
           Wajib Pajak.

          -Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak:
           Kepala Bagian Umum menyampaikan Surat Keputusan Pengurangan PBB
           Terutang kepada Wajib Pajak dengan tembusan/salinan dikirim kepada
           Kantor Pelayanan Pajak Pratama
          -Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak :
           Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat Keberatan dan Banding 
           menyampaikan Surat Keputusan Pengurangan PBB Terutang kepada 
           Wajib Pajak dengan tembusan/salinan dikirim kepada Kantor Pelayanan Pajak. 
 f. Keluaran/Hasil Akhir (output)
    f.1. Laporan Hasil Penelitian (LHP);  
    f.2. Surat Keputusan Pengurangan PBB;  
    f.3. Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Dipertimbangkan.  
g. Bagan Arus (flowchart):
    g.1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
 
 
 
 
 
g.2. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak 
 
 
 
g.3. Kantor Pusat DJP 
 
 
 
 
   f

Tidak ada komentar:

Posting Komentar